Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Senin, 18 Agustus 2008

HutanKu Sayang Hutanku Malang

oleh; Sunawar Owat


Hutan merupakan sumber segala kehidupan bagi mahluk yang hidup di dunia ini, baik hewan dan manusia. Karena di dalam Hutan itu sendiri banyak terdapat aneka tanaman yang bisa di gunakan untuk sumber maknan. Sudah barang tentu makanan yang alami, tidak ada zat-zat kimianya.

Ini semua bisa kita lihat dari kearipan-kearipan local yang ada, dan yang lebih sederhana lagi kita bisa lihat dan pelajari dari orang tua kita, pada zama orang tua kita, mereka belum mengenal yang namanya muicin dan bumbu2 penyedap makanan lainnya, seperti yang sekarang ini. Orang-orang tua kita pada zaman itu hanya mengenal makanan dari hutan dan bahan penyedap makanannya pun dari berbagai tumbuhan. Misalnya ketika mereka masak daun ubi, mereka haya memasaknya dengan kulit dan daun kayu, yaitu dengan “Sansakng dan Kulit Abo” dengan dua macam bahan campuran ini masakan daun ubi itu akan lebih enak. Itulah sebabnya usia mereka bisa bertahan berkisar seratus tahun lebih.

Dan bagai mana dengan kita sekarang? Hal-hal yang sekecil ini akan tetapi manfaatnya sangat besar, sudah kita lupakan, dan bahkan sudah tidak masuk hitungan lagi, karena ini sudah di biling kuno. Dan kalau menurut pemikiran saya, kita sekarang ini lah yang lebih “KUNO” tidak tahu memanfaatkan sumber daya alam yang ada, kita hanya melihat hutan itu dengan pikiran uang dan uang, karenakayu-kayunya masih banyak.

Kita sekarang ini juga lebih “Bodoh” karena kita selalu menginkan makanan yang serba instant/cepat dan praktis. Tetapi kita tidak ingat bahawa makanan yang kita makan itu akan membahayakan kita.

Kerindun kita akan hal-hal yang pernah orang tua kita lakukan dulu, sangat masih ada, tetapi itu hanya sebatas kerinduan dan keinginan, karena hutan-hutan di sekitar kita sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah hutan Sawit dan hutan-hutan lainnya. Selain itu diberbagai daerah kita sudah banyak tambang yang mengeruk-ngeruk tanah kita, kekayan kita, keindahan hutan dan kenyaman kita.

Tetapi kita hanya tinggal diam dan diam melihat semuanya itu, kita terlena dengan bujuk rayu yang manis dan sangat mengiurkan, dan bahkan kita rela satu hektar tanah kita dihargai dengan Rp. 50.000/perhektar, apakah ini bukan tindakan yang konyol dan bodoh? Tetapi kita tidak pernah menyadari hal itu, kita tidak pernah memikirkan masa depan anak dan cucu kita. Kita berpikiran masa bodoh dengan masa depan anak cucu kita, enath dia mau hidup atu tidak itu urusan nanti itu yang ada di dalam pikiran kita sekarang ini.

Kalau kita renungkan dan kita amati lebih dalam, bahwa kehidupan orang tua kita dulu sangat baik dan harmonis bersahat dengan alam, dan mereka sangat menghormati alam menghargai alam, mereka tidak serakah, mereka juga tidak egois, hidup mereka nyaman dan aman. Coba kita piker lagi, tanpa perkebunan dan pertambangan mereka bisa hidup dan bahkan mereka bisa meyekolahkan anak-anaknya. Saya peribadai sangat banga dengan orang-orang tua kita pada zaman dulu. Karena mereka memandang hutan itu sebagai napas mereka, hidup dan mati mereka.
Sekarang ini, banyak orang-orang pintar dan ahli, melihat tindakkan orang tua dulu itu konyol dan bodoh. Mereka tidak sadar, berket orang tua kita dululah mereka itu bisa pintar dan ahli? Dan kebanyakakn orang pintar dan berpendidikan tinggi itu lebih banyak bodoh dan bego. Mereka sangat egois, serakah dan sangat berambisi tinggi. Sehingga hutan-hutan yang habis dijarah dan di porak-porandakan menjadi sumber segala bencana.


0 komentar: