Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Jumat, 14 Maret 2008

Kisah Nyata, Cerita Orang Raja Jibanek

Kalao Pugoq

Sebelu berahirnya masa Orde Lama, pada masa itu masyarakat Jibanek sangatlah rukun, aman,tertip dan terkendali adapun gejolak konplik dapat dapat diselesaikan dengan adat yang setimpal, yang sesuai dengan peraturan masyarakat Jibanek pada saat itu, masa itu, menurut tutur cerita Ibu Pirak sebelum terjadi perubahan Orde Lama kira-kira tahun 1948 masyarakat Jibanek terdiri berbagai etnis, yaitu; Dayak, Cina,Melayu, Manado, Bugis dan Madura didalam kehidupan mereka sehari-hari aman dan tentram dan rasa persaudaraan masih terasa sangat kental di saat itu.
Ekonomi di saat itu masih relatif lumayan, agama yang di anut masyarakat Jibanek pada waktu itu adalah Kristen Katolik,Protestan,Islam,Kong Fucu, Nyangah masih relatif dibudidayakan. Natal dan Tahun Baru gereja nampaknya banyak kegiatan yang dilakukan oleh umat kristiani dan begitu juga dengan uamt islam, Kong Fucu mereka selalu hidup rukun dan saling toleransi, hormat-menghormati, begitu juga adat dan tradisi serta budaya diwaktu tahun baru cina, saat hari imlek,etnis cina mengadakan atraksi barongsai,naga dan tatung bahkan suku Dayak juga tak ketinggalan dihari yang tertentu mereka juga mengadakan tari totokng, yang berpusat di kota Bnegkayang, semua etnis berkumpul di pusat kota tersebut tak ada sedikitpun komplik saat itu.Namum demikian halnya yang dirasakan hanya sekejap saja oleh masyarakat Kabupaten Bnegkayang. Di Jibanek /Sunge Betung masyarakatnya sangat rukun dan damai dimusim buah-buahan mereka sama-sama menikmati hasilnya, contohnya Durian Gunung Kalo, tak ada yang mengatakan ini durian saya dan itu durian nenek saya, semua sama saja, asal jangan di panjat, lain lagi dengan etnis cinta mereka di minta panjak untuk kalau masuk kompokng ( kebun durian) satu malam mereka bayar panajak kira-kira uang yang sekarang Rp 15000, hasilnya agak lumayan, mereka juga (cina)dengan senang hari menerima sambutan dengan baik dari orang dayak, mereka pilih mana yang mereka mau tunggu atau mengambil, yang penting jangan mengambil yang ada di dalam pondok orang. Gunung Kalao sanagat luas di perkirakan 7000 Ha luas Gunung tersebut, di sekitar pegununganitu semua pohon durian, dan tidak heran kalau durian itu berbuah orang-orang pasti rami di gunung tersebut. Dan kebiasaan orang di sekitar pegunungan itu pada malam hari mereka mencari durian dan pada siang ahri mereka bekerja di ladang dan kebun, banyak nama-nama kompokng pada saat itu ada kalao sukom, kalao pogoq,masaring, staap, seluha, sepane dll, tempat-tempat tersebut sangat luas, belumlagi nama-nama kumpulan batang durian, ada satu tempat ada 5 samapi 6 nama, dalam satu nama kumpulan batang durian ada 15 batang durian untuk satu kumpulan, diperkirakan dalam luas satu hektar saja kira-kira sekitar dua ratus batang durian, batangnya besar-besar, dahan rindang dan pohon tingi-tingi. Sama halnya dengan durian yang kita kenal, kita tahu kalau durian yang sudah lama tumbuhnya, kira-kira bertahun-tahun, kalau dulu memang hutan belantara yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan durian tak ada kayu yang lain, yang ada paling bambu itu pun ada tempat tertentu.PangamanyaPangamanya adalah suatu adat yang untuk menyambut bunga durian yang sedang mulai mekar.Bahan-bahan alat paraganya;Babi 1 ekor kira-kira 30 Kg, Ayam 3 ekor kira-kira 3 Kg, Beras biasa dan beras pulut, Cucur, lemang,Parateh/buis, pabayoTempat khusus dan nama tempat bile pangkadoMakna adat pangamanya.Persembahan kepada Jubata (Tuhan) agar bunga durian tidak rusak atau musnah, agar tetap menjadi buah yang optimal dan yang kedua persembahn tersebut untuk menjaga hal-hal yang tertentu demi keselamatan orang-orang kampung agar tidak kena wabah penyakit di waktu musim buah-buahan, dan juga menjaga keselamatan orang-orang yang akan mengambil buah durian digunung tersebut, biasanya membuat pondok-pondok dibawah pohon tersebut (durian), agar semua orang yang menunggu buah durian tersebut tetap selamat, tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.Adat itupun disangahatn oleh tukang sangahat (imam kampung) itu adalah merupakan adat Raja Jibanek jaman dahulu, sehinga banyak pula para pengunjung yang akan menunggu buah durian tersebut, jarang pula terjadi komplik betapa indahnya suatu kedamaian dan keadilan yang di miliki oleh nenek moyang terdahulu. Menurut cerita Pak Padah, memang orang jaman dahulu kusus masyarakat Jabanek hidup aman tentram dan rukun, walaupun berbagai macam suku. Namum kerukunan, kedamaian dan kesatuan tersebut menjadi sirna dan berakhir dengan kemusnahan bahkan gersang. Masyarakat sudah mulai berubah yang lembut menjadi keras yang zalim menjadimurtat, yang adil menjadi tidak adil, yang beriman menjadi tak beriman yang dulunya menjdi pusat pembelanjaan (pasar) berubah menjadi tempat pertumpahand arah saat itu, yang miskin menjadi berharta saat itu. Banyak yang dilupakan, apa tujuan dari semuanya itu, siapa yang kalah dan siapa pula yang menang?!.Jibanek/Sunge Betung tadk bisa di pungkiri lagi kisah legenda banyak tersembunyi di sana, bumi jibanek adalah bumi adu fisik bagi penduduknya, satu tujuan berbagai masalah tak ada yang pernah ada seiring sejalan untuk mencapai keadilan dan kedamaian yang telah lama terkubur di atas bumi jibanek, yang sebenarnya jibanek merupakan salahsatu daerah imajinasi yang mudah mencari satu jawaban. Nama Jibanek sebenarnya sudah lama tak terdengar lagi, bahkan apa yang dikatakan Budaya Adat pun sekarang sudah punah. Jaman tahun 1950an hal-hal yang di ceritakan di atas, mulanya kehancuran komplik fisik diatas bumi jibanek. 1964 orang –orang mulai mengadakan kerusuhan besar-besaran sampai tahun 1969. 5 tahum lamanya keadaan yang paling parah di bumijibanek, ekonomi rakyat mulai lebihparah, apalagi segi pendidikan rakyat jibanek rata-rata minim, yang ada tamatSD jaman dulu ada yang kelas III SD (SR) itulah yang menjadi satu kebangaan , mereka itupun diluar lingkunagan Jibanek, sekolah di kota Bnegkayang, Singkawang dan Pontianak dan dibantu oleh orang lain atau yayasan, dan sumber lain. Kemusnahan Kalao (gunung Kalalo) ada paktor-paktor tertentu, misalnya yang keras pasti menang (Rasnang). Jaman rezim Orde Baru rakyat Jibanek mulai nampak orang-orang di balik kehancuran dan pemusnahan tersebut, kalao bukan hutan lagi melainkan ladang, ladang para penduduk yang bebas menebang hutan (durian) yang dulunya di bangakan sebagai pohon durian yang paling terbanyak dan mudah terjangkau, luas dan rata-rata buahnya berisi.Hingga sekarang gunung itu bagaikan taman tak berguna hilang panoramanya dan banyak orang merindukannya kembali, namun ini semua ibarat nasi sudah menjadi bubur, salah siapa?.Orde Baru memimpin selama 32 tahun sehingga tergulingnya rezim Suharto, barulah jalan dari Sei Betung di buka sampai Jirak, itupun hanya pengerasan, pada tahun 2000 hingga sekarang masih di katakan hanoum kembali, jembatan banyak yang putus, jalan banyak juga yang sudah hancur.
ADAT DAN BUDAYATak ada yang dibanyangkan ada yang mengatakan budaya itu menghancurkan, apa latar belakangbudaya dapat menghancurkan? Barang kali orang berkata begitu. ASBUN, adat memang sudatu yang di bilang hukum bukan hukum, adat itu supaya orang dapat mengerti tradisi orang dayak yang sebenarnya. Kalau orang Dayak tidak tahu adat apakah dia orang Dayak? Tradisi orang dayak harus mengenal adat dayak, Nenenk Moyang kita dulu percaya pada adat, adat itu sebenarnya suatu pandangan yang mutlak bagi orang yang mengerti tentang adat. Budaya adalah menerapi/melestarikan buday adayak bagai mana, budaya cina bagai mana, budaya yang sebenarnya tidak memecah belahkan antar suku ataupun menghancurkan.Kurangnya sipat budaya kita makanya Adat di Jibanek hanya pormalitas bagi konco-konco masyarakat saja, tidak begitu sesuai dengan adat yang sebenarnya, apa lagi hal yang bersipat hukum adat jauh sekalibedanya dengan adat jaman dahulu. Siapa yangmenghancurkan cara adat di Jibanek, budaya, ya kah, atau masyarakat Jibanek sendiri, yang sengaja tidak budayakan adat di Jibanek ?!.ADAT DAN AGAMAAdat sudah kita kenal sejak dulu kala, bahkan sebelum kita lahir adat sudah ada, adanya adat maka kita yang banyak mengenal daerah-daerah dan sejarahnya, bahkan gunun-gunung ada nama masing-masing, justru dari gunung itulah Nenek Moyang kita tahu tentang adat, sebab mungkin jaman purba lembah-lembah yang kita lihat dan kita huni sekarang, dulunya belum terbentuk daratan yang layak di huni oleh manusia, mungkin masih tergenang oleh air bah, yangsesuai dengan firman Allah dan juga apa sebab nenek moyang kita tahu, bahkan adat itu datangnya dari gunung-gunung seperti di Jibanek di bagian selatan nama gunung nya Gunung Pandan dan anama Jubata nya Sipancar Bulatn (wanita) dan dibagian utara gunungnya Gunung Bawakng nama jubatanya Mani Amas (Laki-laki) menurut cerita ini dari orang tua yang saya dapatkan pada tahun 1987, catatannya sudah usunh (rusak) sehinga tak dapat saya lengkapi dengan cerita yang panjang, singkatnya Mani Amas Vs Pancar Bulatn menikah sehingga berkembanglah adat yang ada pada orang Dayak bakati (rara) keseluruh pelosok tanah air kanayatn ( seluruh dayak Kanayatn) asal mula adat yang sebenarnya dari gunung bawang dan gunung pandan, dan baras banyu atau tapukng tawar asalnya dari gunung semangki nama gunungnya Sabaka nama jugatanya Sali Sabaka yang pertama-tama menemukan Adat Baras Banyu , salah satu suku yang disebut Rara adalah kanayatn, arti dari pada rara ialah bermacam ragam bahasa dayak, Rara (terbagi-bagi)itu pun dikategorikan Kanayatan , bakati adalah suku yang minimal sedikit itupun bisa dihitung kelompok tempat asli orang bakati dari tempurung, semangki,sebantangan,jirak,rasu,bangkuang,ingkar,keranji,bamuratn,bangkali,melebu,melikan, papatjibanek/semidang,sepoteng, daerah khusus pandan bawang, pandan taiman sabalo, lamat panyakng, tiga desa, seburuk, semalat kawan ini lah nama-nama kampung daerah Rara Bakati kabupaten Bengkayang dan Landak, lainhalnyaba inyam mungkin mereka bukan dikatakan Rara mereka dibilang orang tua-tua dulu palayo. Cerita nenek mereka mungkin bung matius yang dikecamatanLumar tentang cerita mereka.Sebutlah menurut cerita dongennya dulu antara Rara dan Palayo ini adik beradik, nagk tahulah cerita yang lain bahasanya. Kita beralih tentang agama. Apa arti agama, kita belum tahu arti agama, agama itu datangnya dari luar negeri, dari negara-negara moderen dan makmur, mereka semua orang-orang pintar tahu tentang filsafat, ukuran-ukuran tentang dunia dan akhir awalnya manusia dan alam, itulah kehebantan mereka, ada kedamaian dan keselamatan kata agama, siapapun yang percaya padanya tidaklah binasa,melainkan hidup yang kekeal. Kepercayaan itu mutlak dapat di mengerti makna dan arti dari ada cerita tentang agama, terutama yang mudah dicerna dengan baik dan tidak bertentangan dengan adat dan budaya. orang yang beragama berarti dia orang yang beriman percaya pada Tuhan yang Maha Esa, agama apapun bentuknya dan yang telah di akui di negara kesatuan Republik Indonsia. Berarti agama itu adalah salah satu tempat manusia bersimpuh secara pribadi kepada Tuhan yang Maha Esa yang menciptakan langit dan bumi, tetapi apakah agama itu memisahkan kita dari adat dan tradisi kita?Agam benar-benar tidak memisahkan kita dari adat dan tradisi ataupun budaya, kita sebagaimanusia yang mempunyai hakikat punya pikiran normal, agama hanyalah tempat berarti tempat itu sudah kita akui, bahwa kita harus punya tempat.Adat dan budaya adalah alam kita/rumah kita yang harus kita jaga dan kita lestarikan, bahkan kita tidak boleh melenyapkannya, namum manpaatnya adalah bagian dari kehidupan kita. Bagian dari hidup manusia yang melestarikan adat berartimanusia itu mempunyai hakikat dan mempunyai pikiran yang normal, mausi ayang kehilangan adat dan tradisi atau pun budaya berartimanusia itu kehilangan akal sehat, apa lagi orang itu misalnya orang dayak nagakunya punya agama, baik agam apapun, lalu agamanya hanya agama KTP sembahyang tak perbah, adat punsudah di lupakan yang ada hanya brutalisme ngomong doang. Apa dia dianggap orangdayak? Itulah nampaknya yang ada sekarang di Sei Betung Jibanek. Kalau meninggalkan adat apa si artinya, agama saja tak becus, yang ada hanya judi, arak, ngomong politik, coba jangan teori saja, sekali-kali pake pratek kayak yoga ngomong sambil pratek

0 komentar: