Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Selasa, 13 Mei 2008

Cerita Ne” Ubi Menjadi Keramat

Ne’ ubi ini adalah orang dari Angus(Panso sekarang ini), Ne’ Ubi ini sangat senag berjalan-jalan kehutan untuk mencari makanan (berburu).

Pada suatu hari Ne’ Ubi ini berjalan kesuatu tempat, untuk mencari binatang buruan dan dia berjalan seharian penuh menyusuri hutan belantara, tetapi satu ekor pun ia berjumpa dengan binatang buruan. Dan tiba-tiba hari gerimis, Ne’ Ubi pun berkasak-kusuk membikin pondok untuk tempat berteduh, dan belum ia sempat jadi pondok yang ia bikin itu hujan panaspun turun, tiba-tiba ia mendengar ada suara yang memanggil namanya, ia tersentak kaget, sambil bertranya-tanya di dalam hatinya siapa yang memanggil dirinya. Ia (ne’Ubi) semuala tidak menghiraukan suara yang menyebut/memanggil dirinya itu, tetapi suara itu semakin lama semakin keras, dan mendengar suara yang semakin keras itu Ne’Ubi pun menyahut, ia ini saya, siapa yang memanggil saya? (Tanya Ne Ubi dengan suara itu), lalu suara yang tidak di ketahui itu berkata kepada Ne’ Ubi, Ubi kamu jangan sering membunuh binatang di sini, lebih baik kamu lindungi, dan kamu harus betapa selama tujuh hari tujuh malam di tempat ini. Setelah hujun mulai reda suara itu pun mulai sedik menjauh. Ne’ Ubi pun terdiam sejenak memikirkan kata-kata yang ia dengar tadi, dan Ne’ Ubi bejalan sambil berkata “ lebih baik aku pulang dulu, dan memikirkannya di rumah” kata Ne’ Ubi di dalam hatinya sambil berjalan menju pulang.

Setelah mendengar kata orang yang tidak di ketahunya itu Ne’ Ubi pun tidak mau lagi berburu, ia hanya tinggal di rumah. Dan pada suatu hari ia bertekat untuk pergi betapa menuruti kata yang ia dengar di dalam hutan temo hari. Sebelum pergi betapa ia minta pamit dulu kepada orang tuanya dan orang sekampungnya, ia bilang “ saya ingin pergi betapa selama tujuh hari tujuh malam, dan besok saya akan berangkat”. Orang tuanya dan penduduk sekampungnya pun mengizinkan.

Ne’ Ubi pun berangkan pergi betapa di suatau tempat yang di sebutkan oleh orang yangtidak ia ketahui dan dikenalinya (karena tidak melihat wajudnya), dan pas tujuh hari tujuh malam Ne’ Ubi betapa orang tua dan penduduk sekampungnya pun mulai gelisah dan sambil betanya-tanay “ kapan ya Ubi pulang, ini sudah tujuh hari tujuh malam ia betapa namun tak pulang-pulang juga? Kata salah seorang penduduk kepada orang tuanya”, orang tua Ubi “ entahlah, aku juga tak tahu apa sebabnya ia belum pulang-pulang juga”. Sementara Ubi yang menjalni tapanya sudah menjadi batu yang berbentuk manusia duduk bersila menghadpi tempat sesajian.

Dan melihat ubi tidak datang-datang orang tua ubi pun mengumpulkan masyarakt untuk mencari anaknya, ia berkata kepada masyarakat “ saudaraku aku ingin mengajak kalian untuk mencari anak ku, yang katanya ia ingin betapa selama tujuh hari tujuh malam, tetapi ini sudah lewat tujuh hari tujuh malam, aku tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, dan aku mengumpulkan kalin disini untuk membantu aku mencari ubi, apa kah kalin mau? “ Tanya orang tua ubi kepada masyarakat sekampungnya, orang kampung pun menyatakan “ Setuju”.

Masyarakat pun berbondong-bondong mencari ubi keseluruh hutan yang pernah ia singahi, tetapi ubi tak juga di temukan, hari pun sudah mulai petang bertanda malam akan segera tiba, orang-orang pun pulang kekampung, dan semuanya orang sekampungnya gelisah. Dan pada malam harinya orang-orang pun kecapean, karena satu hari penuh berjalan meyusuri hutan, membuat orang cepat tidur. Di kampung ubi pada malam itu sangat sepi bagaikan nagk ada penghuninya.
Dan tiba-tiba salah seoarang sekampungnya ini bermimpi menemui ubi, dan Ubi bilang kepada nya “ masih selamat, kalau ada hama penyakit manusia dan tanaman datang lah padaku di sini, tetapi harus memakai adat”. orang itu pun terkejut dan bangun dari tidurnya memikirkan kata-kata ubi yang ada dalam mimpinya itu.

Dan pada siang hari nya ia menceritakan apa yang di katakan ubi di dalam mimpinya itu.
Dan pada waktu itulah temapt itu di namakan Batu Ubi dan menjadi keramat atau kepercayaan orang kampung itu untuk meminta rezeki. Tempat itu sampai sekarang tetap di percaya oleh orang kampung Panso untuk meminta rezeki.

Tamat.

0 komentar: