Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Kamis, 01 Mei 2008

Pamabakng: Simbol Perdamaian Dayak Kanayatn

Pamabakng adalah sebuah simbol perdamian bagi orang dayak. Pamabakng ini merupakan sebuah rangkaian adat-istiadat yang sudah turun temurun di jalankan dan ditekuni oleh orang dayak, karena Pamabankgn ini menurut penuturan para tokoh adat, upacara adat Pamabankng ini bisa membentung dan meredam sebuah pertikaian, baik itu pertikaian antar individu,kelompok, agama, dan suku.

Salah satu contoh ketika kita berjalan/berkunjung kekampung-kampung, di setiap kampung ini pasti ada memasang Pamabakng,di setiap depan rumah mereka yang ada di kampung itu.

Dan kemarin, ketika saya berkunjung disebuah kampung Tarok, di kecamatan mempwah hulu, saya bertemua dengan seorang orang tua yang menceritakan tentang adat pamabakang.

Katanya, di pasangnya Pamabakng di depan rumah bertujuan untuk melindungi si pemelik rumah itu dari sebuah bahaya, baik itu dari perkelahian, dan dari wabah penyakit. Selain itu beliu juga bercerita tentang pamabakng yang di pasang ketika ada terjadi kasusu yang sangat rawan, misalanya seperti kasus kerusauhan dan pembunuhan, maka pengurus adat seperti Timanggong dan di bantu oleh pasirah, panggaraga, harus segera bertindak, untuk mengupayakan memasang sebuah Pamabakng sebelum memasuki kampung, (kalau perkelaihannya atau terjadi sereang-menyerang antara suku dll).

Dan kalau kasusnya terjadi di satu kampung maka pengurus adat akan segera memerintahkan pihak ahli waris pelaku untuk memasang Pamabakng. Pemasangan Pamabakng di upayakan tidak melewati tenggang waktu 24 jam. Pemasang Pamabang dilaksanakan di persimpangangan jalan masuk menuju rumah kediaman si pelaku, dan jika keadaannya sangat gawat, pamabakng juga di pasang di ujung Pante, selain di persimpangan jalan tadi.

Seking keasikan mendengar cerita pak tua itu, ada di antara kami yang bertanya tentang pamabakng,

“ pak tua, pamabakang itu seperti apa?” taya dari salah satu dari kami yang ada di situ.

Dan pak tua itu menjawab
“Pamabakng itu, adalah sebuah tempanyan”

Dan saya pun mengajukan pertanyaan kepada pak tua itu,
“bisanya tempayang yang di pakai untuk pamabakng ini, tempayang apa?”tanya saya.

“kalau dulu tempayang yang di pakai untuk memasang pamabakng ini adalah tempayan Jampa” jawab pak tua itu.

“selain tempayan, apakah ada lagi alat paraga yang lain?” tanya saya.

“ada” jawab pak tua itu singkat.

“apa-apa saja itu” tanya saya

“selain tempayan, kita juga memakai kayau, kayu ini bertujuan untuk menjaga tempayan yang kita pasang tidak jatuh atau tumbang, isrilah orang dayak namanya di jarungkakng. Setelah tempayan ini sudah selesai di jarungkakng, tempayan ini dikasih tutup, ditutup dengan sebuah Pahar, dengan posisi paharnya telungkup, bukan telentang. Setelah itu baru kita membuat sesajian atau persembahan yang dibuat di sebuah talam dan di lengkapi dengan salapa (tempat sirih yang terbuat dari tembaga), dan ayam untuk membuat sesajian ini harus pakai ayam yang berwarna putih. Dan juga kita harus memasang sebuh umbul-umbul berwarna putih, mengampar bide, ini juga di lengkapi dengan buluh bala (bambu kuning) ini ditancapkan di samping tempayan”.

“pak tua, apakah saya boleh tau, apa makna dan arti dari semua alat paraga untuk pamabakg ini?” tanya saya lagi.

Dengan tamba banyak neloteh pak tua pun menjelaskan semua alat paraga itu tadi

“Makna alat peraga itu dapat diuraikan sebagai berikut :
Tempayan Jampa melambangkan alat peraga adat yang mengandung nilai tertinggi diantara alat peraga adat lainnya, sekaligus sebagai simbol pengganti batangan tubuh dan dapat diartikan pula sebagai tanda bahwa ia bersedia membawahi hukum adat.
Tutup pahar dengan posisi telungkup dapat diartikan bahwa kasus itu dapat diselesaikan dan sudah ditutup agar tidak berkembang.
Topokng sirih diartikan sebagai penyapa tamu ( massa ) yang datang agar kasus itu dapat diselesaikan dengan cara bermusyawarah melalui hukum adat.
Beras banyu yang terdapat dalam palantar maknanya sebagai perempuan agar emosionalnya dapat diredam.
Buluh bala ( bambu kuning ) dimana warna kuning adalah merupakan lambang kejayaan adat, artinya adat / hukum adat harus dihormati dan dijunjung tinggi.
Umbul-umbul putih mengandung arti bahwa pihak pelaku telah mengakui kesalahannya dan memohon agar dapat diselesaikan secara damai sesuai hukum adat yang barlaku.
Ayam jantan putih dimaksudkan agar tidak merangsang emosional pihak ahli waris korban dan agar tercipta suasana damai”.jelas pak tua itu.

Begini lah sekilas tentang pamabang yang selama ini di yakini sebagai salah satu bentuk untuk upaya perdamaian, oleh orang dayak.

Dan sebenarnya orang dayak sudah jauh lama mengenal tentang arti dan makna dari perdamian, orang dayak sudah lama menerapkan rasa persaudaraan dan rasa kekeluargaan,baik itu untuk sesama orang dayak, maupun dengan suku-suku non dayak.

0 komentar: