Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Rabu, 04 Juni 2008

Penomena Hidup

Sakitnya Hidup dengan Orang lain

Ketika itu, kampung Nek Maih mengadakan pesta padi.
Pada kesempatan ini, semua keluaraga berkumpul baik yang dari jauh maupun yang dekat, di dalam kesempatan ini, keluraga yang dari kampung Nyawan pun menyempatkan dirinya datang untuk menghadiri pesta padi yang di adakan oleh kampung Nek Maih, karena dia merasa sudah lama sekali tidak pernah berkumpul dengan keluarga yang ada di Kampung Nek Maih.

Karena keingginannya sanggat kuat sekali inggin datang, dan berkumpul bersama keluarga, merekapun (yang dari Nyawan) datang lebih dualuan dari keluarga yang lain, karena menurutnya kalau datang pas acara pesta, pasti tidak akan sempat pergi rumah-rumah keluarga. Di dalam kesempat itu, dia menyempatkan diri bersilaturahmi ke salah satu rumah tua (yang sering disebut orang dayak Rumah Karamigi). Dia sangat lama sekali berbincang-bincang dan bercanda gurau dengan semua orang rumah, karena keluarga yang lain semuanya berkumpul di rumah itu. Didalam kesempatan ini, dia menceritakan keluragranya, “saya mereasa heran dengan keluarga kami, kami hanya mempunyai satu anak saja, dan sekarang anak kami itu sudah menikah. Dan sekarang sudah hampir sepuluh tahun sudah usia pernikahannya, tetapi belum juga mendapatkan anak. Dan pada suatu hari, ketika ada salah satu keluarga yang berceri, karena suaminya menikah lagi dengan orang lain, begitu juga istirinya menikah lagi dengan orang lain, padahal mereka sudah mempunyai tiga anak. Dan melihat penomena kuluarganya, orang ini tadi membuang ketiga anaknya kesalah satu pohon pisang. Sementara kedua orang tuanya saling berebut mau kawan lagi. Dan ada salah satu, keluarga dari mereka, menawarkan anak saya untuk megambil ketiga anak ini tadi, dan kami, sangat menyambut baik dengan penawaran itu. Besoknya ketiga anak ini tadi diantarnya kerumah kami. Ketiga anak ini masih berusia ada yang baru 1 tahun, 2 tahun dan yang paling kecil baru berusia 9 bulan. Jadi merekalah sekarang yang kami pelihara dan menjadi cucu kami” (cerita kelurga dari Nyawan).

Mendengar ceritanya itu, keluarga yang berkumpul di situpun merasa perihatin sekali, dan di dalam sela-sela pembicaraannya, Nek Gaong (keluraga yang dari Nyawan), meminta salah satu dari keluraga yang ada berkumpul itu, untuk meminta anak mereka tinggal bersamanya di Nyawan. Mendengar Nek Gaong berbicara seperti itu, ada salah satu dari kelurga yang berkumpul di rumah Tua (karamigi) itu menawarkan anaknya, untuk tinggal dengan Nek Gaong. Nek Goang pun merasa senang sekali. Tetapi kata orang tua yang menawarkan anaknya itu, tergantung dengan si anak lagi, karena anak itu baru berusia 8 tahun dan sekarang baru kelas tiga SD, apakah dia mau atau tidak itu tergantung dengan dia (anak-red). Mendengar hal itu Nek Gaong, menyakan keberadaan sang anak
“dimana anak itu sekarng?” tanyanya
“ada di depan” Jawab orang tua itu

Dengan tampa basa basi lagi Nek Gaong pun langsung pamit, untuk menemui anak seorang anak yang sedang asik main di depan rumah. Sesampainya di depan rumah Nek Gaong, memanggil anak itu
“cu…cu..sini dulu” serunya
Anak itu pun bergegas mendekatinya
“ada apa Nek?” Tanya anak itu
“gini cu, Kake tadi nomong-ngomong didalam dengan orang tuamu”
Belum habis pembicaraan Nek Gaong anak itu langsung memotong pembicaraannya
“memangnya di dalam tadi apa yang di bicarakan Ke?” anak itu langsung bertanya
“tiadak apa-apa to cu” jawab sang Kake
“lantas apa yang Kake ingin bicarakan dengan saya?”
“maksud kake, ingin mengajak kamu nanti tinggal bersama kake”
“tidak mau ke, soalnya rumah kake jauh”
“gini cu, nanti kalau kamu tinggal dengan kake, kakae akan belikan kamu baju baru, sepatu baru, tas baru” bujuk sang kakae

Melihat bujukan itu sang anak pun merasa tertarik, karena sudah lama dia tidak di belikan sepatu baru,

“kalau begitu saya mau Ke” kata sang anak itu
“ya, udah kalau begitu besok kita akan berangkat” kata sang Kake
Keesokan harinya Nek Gaong, Nek Icong (gelar isteri Nek Gaong) dan anak itu pun meninggalkan kamung Nek Maih, dan sebelum berangkat ibu anak itu bepesan kepada anaknya
“nak, kamu benar-benar mau tinggal di sana?” Tanya ibunya
“mau dong ma, soalnya kata kake saya nanti akan dibelikan sepatu baru disana”
“kalau begitu keingginaanmu, mama pun tidak beranai melarang kamu, tapi mama berpesan dengan kamu, kalau disana nanati jangan nakal ya?” kata ibunya
“iya ma, ya udah ya ma, kake sudah menunggu di sana, da mama”

Mereka bertigapun berjalan meninggalkan kampung Nek Maih. Jarak kampung Nek Maih dengan Kampung Nyawan cukup lumayan jauh, berkisar kurang lebih 15 Kilo Meter. Mereka pergi kekampung Nyawan dengan berjalan kakai, dan mengambil jalan yang menurut mereka cukup dekat, walupun ada mendaki bukit sekali. Setelah satu harian berjalan kakai, akhirnya mereka sampai juga di kampung Nyawan.
Dan setelah sampi di rumah Nek Gaong, Atek (anak Ne Gaong) bertanya
“pa ini siapa dan anak siapa”
“ini Ulo anak kakak kamu yang ada di Nek Maih, dan dia akan tinggal bersama kita disini”
“yang benar pa?”
“benar, dan dia juga akan sekolah ke sini, ya udah kamu bikin air dulu didapur”
“baik deh pa”

Atek pun pergi kedapur dan tidak lama dia balik lagi sambil membawa satu gelas besar kopi. Diapun mempersilahkan ayah dan ibunya minum,. Anak itu di kasihnya satu gelas teh. Dan sehabis menuangkan air minum itu, atek pun pergi lagi kebelang, dan mempersiapkan makan malam. Nek Gaong mempersilahkan anak itu untuk mandi terlebih dulu, karena sebentarlagi katanya mau makan malam. Sehabis mandi mereka makan malam bersama. Sehabis makan, sekitar satu jam, Nek Gaong, menyur anak itu tidur, mungkin terlalu cape karena satu harian ini berjalan kaki, dan katanya besok dia harus kesekolahan untuk mendaftarkannya.

Keesokan harinya, Ulo’ dan Nek Gaong pergi kesekolahan, yang cukup lumayan jauh juga, yang jarak dari rumah kesekolah berkisar lima ratus kilo meter. Sesampainya di sekolah Nek Gaong, berbincang-bincang di kantor dengan Kepala Sekolahnya. Dan pihak sekolah menerima anak itu untuk bersekolah di sekolahannya.

Dan selama tinggal bersama Nek Gaong, Ulo’ tidak pernah dibelikan apa yang pernah dijanjikan olehnya pada waktu itu, dan malah Ulu’ disuruh bekerja keras, dari menorah karet, memberi babi makan, mengurus sapi, mencari ubu dan sampai menumpuk padi. Dimana semua pekerjaan ini belum pernah dilakukannya, dan mungkin belum layak bagi anak baru berusia 8-9 tahun.

Setelah dua tahun tahun tinggal di nyawan, anak ini jarang sekali masuk sekolah, karena di pagi hari dia harus menorek karet dan kalau ubi habis harus mencari ubi. Dan pada waktu itu ada salah seorang dari Nyawan ingin pergi ke Nek Maih, dan dai mengak ulo pergi kesana. ulo pun pergi, selama 2 hari ke Nek Maih, dan balik lagi di antar oleh kakanya, belum sempat ulo dan kakaknya naik di rumah, atek berkata “Masih pulng juga, saya kira kamu sudah tiak mau pulang kesini lagi” katanya atek, mendengar kata itu kakak ulo diam, dan merasa kasian dengan adiknya yang baru berusia 10 tahun-an. Selama satu malam di dirumah itu kakaknya nagk mau banyak bicara selain merenung dan menaggis melihat dan mendengar tetangga menceritakan adiknya, bahwa adiknya disini sangat sengsara. dan sebelum pulang kakak ulo’ mengajaknya pulang lagi ke kampungnnya. Tetapi ulo tidak mau, karena katanya dia (ulo) senang dan merasa nayaman. Mendengar tuturan adiknya demikian kakaknya tidak mau berbicara dan kakanya pulang sendirian, tetapi malam sebulum kakaknya pulang ulo’ menulis surat, dia menceritakan dirinya, bahwa dirinya di sini sangat menderita dan selalu di marahi karena serba salah, apapun yang dikerjakan pasti ada yang salah, dan surat itu di tujuakn kepada ibunya. Setelah selesai, surat itu di masuknnya kedalam tas kakaknya tampa sepengetahuan orang lain dan kakaknya sendiri tidak tahu. Keesokan harinya, kakak ulo’ pun pamit dengan kake nenek serta pamannya.


0 komentar: