Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Kamis, 28 Februari 2008

ADAT BAUMA TAHUTN



Proses pembuatan ladang dan adat-isitadatnya
Membuat ladang dan sawah adalah pekerjaan yang sudah lama di tekuni oleh masyarakat dayak, pekerjaan ini sudah di tekuni beberapa abat yang silam, dan sudah menjadi tradisi orang dayak.
Tradisi ini sudah mendarah daging di kalangan orang Dayak, dan proses pembuatan ladang dan sawah ini ada beberapa tahapan paling tidak ada 11 tahapan yang harus di laksanakan, yaitu;
1. Baburukng.
2. Sembayang besi
3. Survey lokasi (Ngawah)
4. Nugal (menebur benih)
5. Ngamalo (merapat lobang benih)
6. Ba’rah ka’ uma tahutn (membuang penyakit padi)
7. Ngikat
8. Mipit
9. Ngarantuk
10. Matahatn
11. Naik dango

I.Baburukng
Suatu upacara adat yang di laksanakan ka’karamat kadiaman ( bukit ), bapinta sakaligus nangaratn rasi untuk bauma batahutn, supaya baik gagas.
Waktu pelaksanaan :
Sehabis acara naik dango dan sebelum turutn berladang, acara Baburukng ini dilaksanakan setiap tahun sekali. Poses adat baburukng ini ada beberapa tahapan; tahapan pertama di bagian atas atau di perbukitan, kalau di perbukitan ini biasanya di lasanakan dengan sesajian memakai babi, dan pada tahun keduanya dilaksanakn prosesnya memakai ayam, dan pada tahun ketiganya dilaksanakan pakai babi lagi. Untuk tahun-tahun berikutnya di lasanakan dengan memakai ayan, dan setelah dua tahun berturut-turut pakai ayam pada tahun ketiganya harus pakai babai.

Proses pelaksanaan adat ini juga di dukung dengan alat-alat sesajian lainnya, seperti; satu buah tempayan bertutup mangkuk, di tanam dekat “Kambam” (tempat penyimpanan sesajian), dengan mengunakan satu ekor babi, satu ekor ayam jantan yang berwarna merah, dua ekor ayam untuk melengkapi ayam jantan tadi, satu buah telur rebus untuk buis, satu buah telur untuk “bantatan”, tumpi poe’, bontokng, beras pulut, beras biasa (sunguh), beras banyu, beras sasah, langir miyak, parapuh topokng,pabayo. Di dalam acara baburukng ini setiap kepala keluara harus membawa ayan masing-masing satu ekor.

Selain di perbukitan proses adat baburukng ini juga di laksanakn ditempat-tempat yang rendak, seperti di hulu sungai, di hulu sungai ini kita meminta supaya tanah yang akan kita jadikan ladang atau sawah menjadi subur, proses adat baburukng dihulu sungai ini dilaksanakan dengan memakai ayam tiga ekor, tumpi, poe’, bontokng, beras pulut, beras biasa, langir minyak, telur dua buah, tempayan ditutup dengan mangkuk.
Dan setelah acara adat baburukng maka acara selanjutnya balala’(pantang) pantangan tidak boleh pergi keladang dan kesawah yang akan kita garap selama tiga hari.

Ii. Upacara Adat Sambayang Basi
Sambayang basi adalah suatu rangkayan upacara adat untuk “ba’uma tahutn”. Acara adat sembayang besi ini adalah acara penghormatan kepada peralatan yang kita perguanakan untuk membuat sawah dan ladang, “babatak bapadah ka’awa pama bahwa urakng kampokng mao mare basi nya makatn nang nya make bakaraja ka’uma tahutn”. Tujuan acara sembayang besi ini adalah minta pamit agar nantinya sewaktu dipergunakan di melukai orang yang mempergunakannya. Artinya kita sudah permisi kepda jubata bulan matahari disawah ladang ini jubata yang tua. Selain itu juga kita harus permisi “ka’ awa pama kampokng tumpuk binua,Bapadah ka’ jubata palasar palaya’.” Acara sembayang dilaksanakan pada waktu pagi hari dan mupun sore hari karena acara ini tidak bisa dilaksanakan pada siang hari, dan ini dilaksanakn di rumah “tuha tahutn”(ketua kelompok), bahan-bahan yang di pergunakan untuk acara ini adalah; tumpi poe’, ayam jantan, beras biasa,beras pulut,parapuh topokng (alat sesajian lainya)

Hari-hari yang di percaya sewaktu membuat Ladang dan pantangan hari-hari lainnya, sebagai berikut; sa’ari bulatn (tgl 1 cina) disebut segol, lapan ari bulatn (tgl 8 cina) disebut kadakng tampil, talu balas ari bulatn (tgl 13 cina) disebut kira’, ampat balas ari bulatn ( tgl 14 cina) di sebut bujakng, lima belas ari bulan di sebut kira’ nama (tgl 15 cina), anam balas ari bulatn di sebut pauh (tgl 16 cina), Tujuh balas ari bulatn ngaruakng (tgl 17 cina),Dua puluh dua ari bulatn di sebut kadakng pulakng (tgl 20 cina),Dua puluh talu di sebut tungul kadakng (tgl 23 cina),Dua puluh sambilan ari bulatn di sebut ngalalah mati ( tgl 29 cina), Talu puluh ari bulat di sebut kabat (tgl 30 cina).
Pantangan lain nya juga seperti; “Narikatn akar, uwi roa, Naap rabukng,paku,lamidikng,ngopak ngumut, dll”. Pantingan ini hanya di pakai satu kali jalan (“Pantangan nian hanya di pake sakali giliratn aleatn’).

III. Meninjau (“ngawah”)
“Ngawah”(menijau) adalah salah satu proses awal pada saat kita mau membuka ladang, adapun tujuan dari “ngawah” (meninjau) ini adalah; 1), saat berangkat “nagawah” (menijau) kita mendengarkan kata rasi, misalnya, kata keto buria dll (suara burung), dan tanda-tanda rasi lainnya yang dianggap tidak boleh dilangar misalnya, mendengar suara burung elang, suara rusa (kijakng). 2), membuat tanda-tanda tebasan tiga sampai tujuh “ongokatn” (bagian) dan atau dengan rentesan. 3), Pamit kepada jubata penguasa sungai tanah, “palasar palaya” dengan membawa “kobet dua ote’,” kobet yang pertama disampaikan “ka’ jubata palasar palaya ai’ tanah” dan kobet yang kedua di sampaikan “ka’ jubata bulatn mata’ari”. 4) Natak kalakng (tempat peristirahatan dan juga untuk tempat mengasa pisu) dan kemudian mengambil tiga potong kayu yang si sebut ”kalakng” (alas untuk duduk) itu disimpan sebaik-bainya, mungkin bisa di dalam tanah (maksud kalakng ini untuk perjanjian dengan seluruh binatang pemakan padi, dan untuk menyimpan kita harus megeluarkan kata-kata “ha’nyian kita sagana laok aku nang bauma kadian bajanji ka’ kita, kade ia tamu taporatn ku nian, kita’ makatnni maan padi nang ku nanam ka’ dian, kade ina tamu kita nakat kibakng, tono lobokng dinikng sabar” (hai kalian semua binatang, aku yang membuat ladang di sini berjanji dengan kalian, kalau kalian bisa menemukan penyimpanan ku ini, kalian makan saja padi yang ku tanam disini, kalau tidak ketemu, kalian menjadi penjaga di ladang ku ini)

IV. Nugal (menanam padi ladang)
Peralatan yang harus kita bawa untuk menam padi ladang ini adalah; benih padi ladang, benih kunyit,benih bunga selasih, empat potong kayu, (empat potong kayu ini di pasang di dalam ladang (dibuat empat persegi), didalam potongan kayu yang kita buat empat persegi ini dulu kita menanam padi ladang dan tempat penyimpanan benih yang akan di tanam, dan semuayang kita bawa tadi harus di tanam di empat persegi ini juga, ini biasanya juga di lengkapi dengan peralatan yang lainnya seperti “janakng, kait”. Persyaratan dan pantangan sewaktu kita menanam padi ladang;1) melihat “angaatn” bintang, ini bertujuan menebur benih sama dengan bintang “angaatn” (rasi bintang), 2), Pantangan, tepat pada jam 12 siang kita harus “badokong” (istirahat) dan selama satu jam tidak boleh dulu menebur benih, dan setelah makan siang baru kita mulai lagi. 3), batas waktu “nugal” (membuat lobang benih) jangan sampai jam 5 sore, (alasanya jangan sampai mendengar suara rasi yang tidak baik misalnya; bunyi burukng “tabulangking notor”, suara rusa, dan yang dianggap rasi.

V. Ngamalo Lubakng Tugal (merapat lobang benih)
Nagamalo lubakng tugal (merapat lobang benih) ini adalah bertujuan untuk menyuburkan dan merapatkan tanaman padi supaya tambah subur sesuai dengan harapan, peralatan yang di pakai untuk merapat lobang benih ini seperti; beras pulut, beras biasa, ayam satu ekor, telur satu buah, parapuh topokng, cucur, lemang, langir minyak, tepung tawar, beras banyu. Dan kalau semua peralatan semua lengkap, bahan-bahan ini tadi di sebut ”buis bantatn”, dan baru kemudian di doakan “sanggahatn” oleh imam kampung. Acara ini dilaksanakan di “kalakng” dan di simpan di atas “Kalangkakng”.

VI. Ba’rah ka’ uma tahutan (membuang penyakit padi)
Menurut adat membuang penyakit padi adalah salah satu upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat satu, dua kampung atau lebih yang di aliri satu sungai, tujuannya untuk memperoleh ke suburan padi supaya tidak kena hama. Acara ini tidak mutlak dilaksanakan setiap tahun, karena melihat kondisi tanaman padi, kena hama atau tidaknya.
Alat paraga untuk membuang hama padi adalah sebagai berikut; tiga ekor ayam, tiga ekor ayam ini diperuntukkan; satu ekor ke perhuluan sungai, satu ekor ke hilir sungai dan satu ekornya ayam kecil untuk dihanyutkan ke sungai, dan juga pasti dilegkapi dengan alat sesajian yang lainnya, selain itu juga harus membuat perahu kecil yang terbuat dari kulit kayu (kayu amih dan tingkobakng pinang) dan yang di simpan didalam perahu ini adalah potongan padi (papatan tikus) ketimun, semangka, jagung (yang jelasnya apa yang di tanam di ladang dan sawah, kesemuanya ini di masukan kedalam perahu untuk dihanyutkan bersama anak ayam), dan sambil kita membawa perahu ini ke hilir sungai kita menabuh bunyi-bunyian (pake gong) serta dengan bersorak sorai dengan ucapan, sorak....sorak....yo....yo... berkali-kali, sepanjang jalan menuju perhiliran sungai, yel-yel ini maksudkan untuk membawa hama-hama padi pulang ke tempat asalnya, sampai diperhiliran sungai membuat sesajian lagi, dan di doakan oleh imam kampung, dan perahu ini dikasih makan dan baru kemudian di hanyutkan dengan anak ayam tadi. Setelah itu baru masyarakat berpantang “balala’ selama tiga hari tiga malam tidak boleh pergi kesawah dan ladang, dan gong yang di pakai tadi tidak boleh dibunyikan lagi saat pulang, setelah upaca selesai.

VII. Ngikat padi
Nikat padi adalah salah satu upacara adat dalam berladang/sawah, prosesi adat ngikat padi ini dilakukan secar terus menerus setiap tahunnya, prosesi ini dilakasanakan pada saat padi mulai siap panen, setelah prosesi nigakt padi ini kita baru bisa memanen padi, ini berlaku baik diladang maupun disawah, hakikat dari prosesi nigat ini adalah memohon kepada Yang Maha Kuasa “minta barakat ka’ jubata ai’ tanah, bulatn mata’ari, awa pama urakng tuha, na’ ne’kabayan man jubata urai suka, urai barimpon jubata padi baras, suapaya diri mebet padi nian ampa ngikatatan di ngoteatn man dinepakakatn saparti nangkut ai’ nagkut tanah”.
Sesajian yang di pakai didalam prosesi ini adalah; telur satu sampai tiga buah, cucur, lemang, bontokng, beras sasah, langir minyak, ai’man tanah ka’ dalam solekng, ai’ kasoleng, pambaraan, kobet di buat 8 ote, dan yang dicampur lahia 4 ote nian di ikatatn ka ampat pasai uma, dan satu bilah pisu di tancapkan di “ka’ pabanihan”

VIII. Mipit (peosesi adat mencicipi padi yang akan di panaen)
Mipit bukanlah suatu upacara adat yang secara serempak dilakukan oleh masyarakat, upacara mipit ini biasanya di lakukan perorangan, prosesi adat di laksanakan setiap tahun, tujuan dari mipit ini adalah; menjaga keamponan, menjaga keselamatan padi dari binatang pemakan padi, seperti;burung dll, (artinya kita jangan sampai di dahuli oleh binatang-binatang pemakan padi ini).
Mipit ini biasanya dilakukan setelah pada sudah mulai menguning (“padi masak ka’ ujukng”), dan kita hanya mengambil 2 sampai tiga tangkai atau lebih padi ini tadi di “ranakng” baru di tumbuk jadikan beras dan berasnya inilah yang kita cicipi bersama keluarga dan tetangga dan bahkah sekampung.


IX. Ngarantuk
Upacara adat ngarantuk padi baru ini adalah salah satu prosesi adat yang dilakukan masyarakat setiap tahun, dan tujuan dari ngarantuk ini adalah; 1),ngarantukan padi barau ka’rumah tangga’, ka’ penepingatn”, 2) permisi kepada tuhan (jubata ne’ baruakng kulupm) karena diyang membawa padi dari kayangan ke bumi, 3)ngarantukan padi baru kepada manusia, 4), “ngarantukatn padi baru ka’ jubata bulatan mata’ ari”. Sesajian yang di siapkan; bontokng (beras yang di bungkus dengan daun layakng lalu di masak dalam bambu besar) cucur, lemang, dan alat sesajian yg lainnya, bambu besar, bambu kecil, galah (untuk kalangkakng), ikan seluang. Prosesnya; padi baru ini di jadi beras, dan beras biasa (sunguh) yang baru sebagian ditumbuk dijadikan tepung, sebagain lagi di jadikan bontokng, kemudian beras pulut, di masak di dalam bambu kecil di jadikan lemang, dan setelah semuanya sudah selesai di masak, pada pagi harinya sebelum ayam berkokok barang-barang yang di masak ini tadi diambil sedikit-sedikit dandi campur dengan ikan seluang, lalu di ikatkan di ujung galah, dan di pasang di depan rumah, proses seperti ini di sebut dengan “ngalajukatn” setelah itu baru kita memanggil ne’ si kulup dengan kata-kata “o...ne....o....ne..o...ne’ sikulup turutn ngaroros badini ari, turutn ka’ dapuk damparatn, turutn ba tarinanak songhe, ba payukng riringan, ampeatn dah sampe ka’ masa ka’ kutikanya, nyacapi sumpalah tahutn padi barahu”,

X. Matahatn
Upacara adat matahatn suatu upacara yang di lakukan oleh masyrakat adat di mana poroses ini di lakukan satu kali satu tahutn,pada saat padi ladang sudah di panen.Hakikat dari upacara ini adalah untuk mengucapkan rasa sukur kepada jubata pengusa alam semesta /jubata padi, selain itu membut padi agar tahatn/ tahan di dalam rumah, ka pene ka pingatn,ka kaleng kadanangan nyiro ka’rage ka’padarengan baras.proses ini berlangsung dua hari pada hari pertama batutuk dan memesak segala sesuatu yang di angap perlu. Di samp0ing itu pada sore harinya upacara matikatan tumpi poe yang di sajikan pada sebuah pahar dengan di tata sedemikian rupa.
Peraga adat nya :Manok dua eko,baras sunguh baras poe,Buat rabuk buis bantatn,parapuh topokng,pambaraan. Prosesnya : pada hari ke dua potong ayam dua ekor,rebus di buat buis bantatn,satu buis di sangahatn ka’ tangah sami,kemudian satu ekor lagi di sangahatn ka padearengan talak baras. Selanjut nya acara makan-makan. Kemudian pahala’ panyangahatn / suba’dua buah buis dua lonekng mnpk lengkap dengan parapuh buis bantatn serta parapuh topokng.
Sore setelah makatan gawe setor adat tahutn, kita biasanya membawa, pulut, cucr,satu belah ayam dan parabut tubuh nya baras poe barasa sunguh dan parapuh topokng kemudian di kumpulkan ke rumah tuha tahutn. Prosessi ini di sebut “adat tahutn”. Dan biasanya setelah semuanya sudah terkumpul, baru mengadakan perundingan (rapat kilat) perngurus adat di tingkat kampung, setelah itu brau mengatur adat namanya “macah adat/macah babuk”, di dalam “macah adat tahutn” ini semua elemen-eleman yang ada di kampung itu mendapat bagian misalnya seperti ini prosesnya; Diatur tiga baris satu baris kusus untuk tuha tahutn satu baris kusus untuk panyanakng kalangkang kemudian baris yang ketiga untuk pangarah laki,pangarah bini,tuha aleatn,tukang basi,tukang balak,pangarabanan

Xi. Gawe Padi / Naik Dango
Uacara adat gawe padi biasa nya di laksanakan pada saat semua selesai panen baik itu padi ladang atau sawah dalam satu kampukng / binua, dan acara adat inni berlangsung selama dua hari, hari pertama batutuk dan hari kedua makatn gawe. Hakikat dari upacara adat ini :1),Mengucapkan rasa sukur kepada jubata penguasa alam semesta / jubata padi. 2),Membawa sumangat padi /roh pulakng ka’ rumah ka’tangga, ka’pabayatn balu banih padarengan talak baras. 3),Mengucap kan rasa sukur kepada jubata tuha bulatan mataari.
Proses nya ; Pada hari pertama batutuk / memasak sesuatu yang di perlukan diantaranya tumpi poe bontokng dan pada sore hari nya acara matikatatn tumpi poe, minta palaju palango ka’jubata makatn na nya.pada keesokan harinya kita mempersiapkan buis bantatn dengan memotokng ayam tiga ekor : satu ekor di sangahatn ka’ tangah sami,satu ekor di sangahatn ka’ dango padi dan yang ke tiga untuk di sangahatn ka’ padarengan.
Paraga adat nya : Baras sunguh baras poe,Ayam tiga ekor + telur,tumpi poe bontokng+ parapuh topokng+ pahar ,pambaraan,kulita,baliukng dan daukng layakng.
Pahala panyangahatn / suba’ tiga buah buis tiga lonekng manok lengkap dengan parabut tubuh nya serta dengan tumpi poe bontokng,baras poe baras sunguh dan parapuh topokng. Dan pada sore harinya ada yang namanya adat tahutn, ini masing-masing kepala keluarga membawa sesajian ke rumah tuha tahutn, prosesnya ;Satu lonekng dan satu bongkol manok lengkap dengan parabut tubuh nya tumpi poe bontokng baras poe baras sunguh serta parapuh topokng kemudian adat ini di storkan pada tuha tahutn. Setelah terkumpul semua baru ke tahap yang terakhir membagi adat/ macah adat tahutn :
Satu baris untuk kusus untuk tuha tahatutn,dan satu baris lagi untuk panyanakng kalangkang kemudian baris yang ketiga untuk pangarah laki pangarah bini tuha aleatn,tukang basi,tukang balak dan pangarabanan.
(tulisan ini adalah hasil pertemuan para timanggong se-Kecamatan Menjalin)

0 komentar: