Di Rasa Di Roso Di Tarah Di Kakap

Sabtu, 12 April 2008

BATALAH


Batalah adalah memberi nama pada anak yang baru lahir. Awal mula yang melaksanakan adat batalah ini adalah Nek Nange dengan Nek Dara Irakng. Mereka ini lah yang menemukan dan memulai adat batalah.

Sehingga bisa sampai saat ini, adat batalah masih di yakini dan dijalankan oleh masyarakat adat dayak. Tujuan dari batalah, untuk memberi tahu kepada Jubata (Tuhan), (jubata ai’ tanah, awa pama rumah tangga’, tumpuk radakng), supaya sang anak yang masih kecil ketika mau di bawa keluar tidak sering sakit (Saro’ Abutan), dan pada biasanya kalau sang anak belum melasanakan adat batalah di tidak boleh di bawa keluar rumah. menurut penuturan orang tua, bahwa anak kecil sangat sensitif dengan alam dan roh-roh halus, (bisa melihat roh halus, dan mudah di masuki oleh roh halus), dan kalau ini kita langar biasa berakibat buruk pada si anak atau bayi. Itulah dasar pelasanan adat batalah ini.

Untuk pelasanaan batalah ini memakai ayam sebanyak tiga sampi tujuh ekor. Dan adat batalah ini sendiri terdiri dari; ayam, cucur, lemang, beras biasa, beras pulut, telur, langir binyak, (buah kayu yang langir di kasih minyak kelapa), baras sasah (beras yang di cuci), tabukng tawar (tebung yang di kasih kunyit dan darh ayam), baras banyu (beras biasa yang di kasih minyak sedikit), parapuh topokng (sekapur sirih), tembako rokok, dan tampas (beras biasa di simpang kedalam piring putih dan atasnya di kasih beras pulut yang di simpan kedalam mangkuk. Dari kesemua paraga adat ini di siapakan dan dibuat sesajian untuk di “sangahatn” (di doakan).

Didalam tatacara pelaksanaan adat batalah ini, di hadiri bidang kampung pangarabanan) dan panyanakng (orang yang membantu bidan kampung, dalam persalinan). Didalam adat dayak kalau melaksanakan batalah ini bidan kampung mendapat kan “suba” ubah atau imbalan), ini adalah ungkapan terima kasih kebadanya karena sudah membantu proses persalinan. Adapun suba’ atau imblah yang di terima nya; ayam jantan satu ekor dan legkap dengan perabut tubuhnya, cucur, pulut, kapur sirih, gambir,beras biasa, beras pulut, pinang sirih, tembako, rokok, “ansa” (ayam tanung), mangkuk satu, “pangkaras” ini berupa uang atau besi, sabun cuci dan minyak kemiri. Dan “suba’” untuk orang yang membantu bidan kampung didalam proses persalinan adalah; ayam sebelah, cucur, beras biasa, beras pulut, pangaras atau uang.

Sementra itu suba’ atau upah imam kampung atau payangahatn, berupa ayam sebelah, cucur, lemang/pulut, beras biasa, beras pulut, pangkaras atau uang.

Begina proses atau tatacara pelasanaan adat batalah/memberi nama anak. Bagi orang dayak.

0 komentar: